Perubahan iklim merupakan permasalahan global yang cukup serius yang dapat merusak perjalanan pembagunan berkelanjutan. Perubahan yang cukup signifikan ini, membuat pemerintah, masyarakat sipil dan komunitas meningkatkan perhatian untuk mengantisipasi efek perubahan iklim dan mencari strategi perubahan dan adaptasi pada pengaruh yang terjadi.
Salah satu upaya untuk mengontrol emisi gas rumah kaca adalah pengurangan konsumsi energi dan pergantian bahan bakar yang rendah emisi hidrokarbon. Oleh sebab itu, pencarian sumber energi yang dapat diperbaharui dan dapat mengurangi emisi hidrokarbon menjadi suatu perhatian dan pilihan, yaitu etanol.
Etanol adalah salah satu sumber energi yang dapat ditemukan pada semua mahluk hidup yang biasa disebut bio-etanol. Produksi Etanol menjadi alternatife yang baik dikarenakan etanol merupakan campuran bahan bakar bensin motor yang dapat menaikkan nilai oktan. Apabila nilai oktan rendah dan panas penguapan tinggi dapat menganggu pengapian pada mesin diesel. Maka untuk meningkatkan pengapian, pemijar busi dan penghidup stater digunakan bahan bakar degan campuran etanol.
Salah satu tumbuhan yang berpotensial sebagai bahan baku pembuatan etanol adalah Tumbuhan Lontar. Untuk mempertahankan kelestarian tumbuhan lontar, perlu upaya diversifikasi pola konsumsi dengan teknologi yang tepat guna yang memadukan kegiatan ekonomi dan kelestarian yang meliputi seluruh kawasan habitat lontar.
Beberapa ciri-ciri tumbuhan lontar dari fisiknya :
No | Fisik | Ket |
1 | Akar dan Batang |
|
2 | Daun |
|
3 | Bunga dan buah |
|
Perkiraan pertumbuhan tumbuhan Lontar
Dinas Perkebunan Nusa Tenggara Timur memperkirakan jumlah populasi pohon lontar ada sekitar 4.000.000 pohon yang terdiri dari tumbuhan muda ( kurang 10 tahun) sebanyak 950.000 dan tumbuhan dewasa ( lebih dari 10 tahun) sebanyak 3.050.000 pohon.
Di daerah Sulawesi selatan, Lontar tumbuh secara sporadis dan bergerombol. Dan tumbuh sekitar 10 % diareal tanah kering, dan dalam setiap hektar terdapat sekitar 5- 120 pohon lontar dengan tingkat umur yang berbeda-beda atau rerata 28 pohon / ha. Total lahan populasi tumbuhan sekitar 250.000 – 300.000 pohon.
Potensi produksi nira lontar di unit Nusa Tenggara Timur dengan massa sadap 184 hari menghasilkan sekitar 726.84 liter. Apabila produksi ini dikalikan dengan jumlah pohon yang disadap sebanyak 1.516.500 pohon maka total produksi nira 1.102.252.860 liter. Potensi ini merupakan komoditas strategis untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baku pengembangan agro industri yang dapat menunjang pendapatan asli daerah.
Budidaya Lontar :
Pembiakan lontar dapat dilakukan dengan 2 cara yakni :
- Pembiakan lontar dikembangbiakan secara alamiah dimulai dengan jatuhnya buah matang, kemudian biji akan berkecambah dengan kondisi terkubur dalam tanah. Biji berkecambah setelah 45 – 60 hari. Pada umur 9 sampai 12 bulan, daun semu muncul ke permukaan tanah. Daun semu membentuk daun sejati dan bertangkai. Sejalan dengan pertumbuhan daun, bagian dasar tangki daun lambat laun akan membentuk batang. Bagian batang terbentuk setelah berumur 6 tahun- 7 tahun
- Secara Konvensional perbanyakan lontar dilakukan dengan mengecambahkan biji di persemaian. Media kecambah terdiri dari campuran tanah gambut dan serbuk gergaji dengan perbandingan 1 :1, dan dikondisikan dengan pH 6,5. Sebelum dikecambahkan, buah lontar direndam air selama 2 minggu lalu dibersihkan. Kemudian biji disemaikan 25 cm sampai 30 cm, lalu ditutup dengan media dan dijaga ditempat lembab serta cukup memperoleh sinar matahari. Semai dipindahkan kedalam polybag berisi media tanah diberi kompos dan kapur ( 50 : 45 :5). Bibit dapat ditanam ke lahan setelah minimal 6 bulan tumbuh dalam polybag.
Setelah dilakukan pembibitan, hal yang dilakukan setelahnya adalah :
Pembersihan Lahan : Pembersihan lahan yang ditumbuhi perdu atau semak dibersihkan memotong bagian pangkal hingga bersih kemudian dilakukan pengamatan profil tanah.
Pengukuran plot penanaman dan penganjiran :
- Plot penanaman yang efektir berukuran 100 m x 100 m dengan jarak antar plot penanaman adalah 10 m.
- Mahkota mempunyai lebar sekita 5 m, sehingga jarak tanam 3 m x 8 m sistem baris. Dengan jarak 3 m didalam baris, dan 8 m antara baris maka dalam 1 ha dapat ditanam lontar ± 396 pohon. Apabila menggunaka ukuran 3 m x 8 m sistem gergaji yaitu berselang seling, maka dalam 1 ha dapat ditanam lontar lebih banyak ±600 pohon. Setelah pengukuran dilakukan, setiap titik ajir dipasang tiang ajir.
- Pembuatan logam tanaman.Pada setiap titik ajir digali lobang tanam berukuran 20 cm x 20 cm x 30 cm menggunakan alat penggali tanah. Dalam pembuatan lobang tanam, hasil bagian dipisahkan dari tanah lapisan bawah agar penyesuaian kondisi tempat tumbuh lebih cepat.
- Penanaman, lobang ditanam selesai dibuat, bibit lontar diadalam pollybag diangkut ke lapangan.
Pembuatan etanol :
Unsur dalamcairan Nira adalah sbb :
- Derajat Keasaman (pH) : 6,2 – 7,2
- Kadar air : 75-90 %
- Kadar sukrosa : 8 – 21 %
- Gula invert : 0,5 – 0,10 %
Komposisi dari unsur tersebut, akan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, jamujr dan ragi. Ketiga mikroorganisma tersebut menguraikan sakaraosa yang terdapat pada nira menjadi glukosa dan fruktosa, kemudian diuraikan lagi menjadi etanol.
Data dari penelitian ini membuktikan bahwa nira lontar secara fermentatif dengan teknik penyulingan dan penambahan pengfiksasian dapat menghasilkan dan meningkatkan kadar kemurnian etanol. Upaya peningkatan perolehan etanol membuka peluang bisnis yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteran..
Secara sederhana proses pembuatan etanol dimulai :
- Pengumpulan Nira : Nira yang masih segar dan baik disaring dengan menggunakan kain saring dan dimasukkan ke tungku fermentasi. Selama proses fermentasi, diusahakan udara yang masuk kedalam tangki seminimal mungkin.
- Proses Fermentasi berlangsung secara spontan atau alami. Pembentukan etanol terjadi pada hari ke 2 dan ke 3, dimana gula dipecah oleh enzim menjadi etanol dan karbondioksida.
- Setelah proses fermentasi, nira dikeluarkan dan disaring melalui pintu pengeluaran yang bertujuan memisahkan dan membuang kotoran seperti protein, lemak, amplas dan zat warna.
- Sebelum dikemas, arak dipastiurisasi terlebih dahulu agar pada suhu 70 °C lalu dimasukkan kedalam botol yang disterilkan lebih dahulu.
Nilai Ekonomi “Etanol” dari Nira Lontar :
- Produksi nira lontar per pohon sangat bervariasi tergantung pada kesuburan, keadaan musim, frekuensi dan waktu penyadapan. Dari hasil pengamatan jumlah mayang yang disadap bergam mulai dari 1 -5 mayang per pohon per hari dengan produksi nira rata-rata 3,5 liter per hari. Bila jumlah pohon yang disadap petani rata-rata 30 pohon per hari, maka jumlah nira yang dihasilkan kurang lebih 105 liter. Harga nira segar adalah sekitar Rp. 250 per liter, maka diperoleh pendapatan setiap hari sebesar Rp. 26.250 atau 787.500 per bulan dengan melibatkan kurang lebih dua tenaga kerja suami istri.
- Kemudian apabila nira diolah menjadi gula ( cair) dengan cara sederhan nira segar dimasak 1-3 jam, sejumlah nira segar 105 liter dapat menghasilkan kurang lebih 43 botol gula cair ( 1 botol = 625 ml). Harga jual gula cair berfluktuasi menurut musim, pada musim panen ditingkat petani sebesar Rp. 800 per botol, maka diperoleh pendapatan setiap hari sebesar Rp. 34.400 atau Rp.1.032.000 per bulan. Nilai tambah diperoleh produk gula cair sebesar Rp. 550 per hari atau Rp. 16.500 per bulan.
Pasar Etanol dan hubungannya dengan antar produk lainnya :
- Etanol terbanyak dipakai sebagai bahan bakar adiktif pada kenderaan bermotor dan mesin, misalnya bensin premium yang memiliki angka oktan 88 dicampur dengan etanol seperti : pertamax, karena etanol memiliki nilai angka otan 117. Perbandingan campuran etanol dan bensin premium adlah 1 :9., dimana jika 100 ml etanol dicampur dengan 900 ml bensin premium menjadi 10000 ml bensin etanol, maka angka oktan menjadi 10 % x 117 + 90% x 88 = 90,9 atau mendekati pertamax ( standar bahan bakar bensin yang digunakan di eropa).
- Sebagai pelarut dan sintesis senyawa lain.
- Sebagai antiseptic
- Sebagai penangkal racun.
Dari banyaknya manfaat etanol tersebut, maka dapat membuka peluang pasar yang sangat luas dan tantangan bagi pengembangan potensi nira lontar sebagai bahan dasar etano